BISNIS & ETIKA
Kata “etika”
dan “etis” tidak selalu dipakai dalam arti yang sama dan karena itu pula “etika
bisnis” bisa berbeda artinya. Suatu uraian
sistematis tentang etika bisnis sebaiknya di mulai dengan menyelidiki dan menjernihkan
cara kata seperti “etika” dan “etis” dipakai. Perlu diakui, ada beberapa
kemungkinan yang tidak seratus persen sama (walaupun perbedaannya tidak
seberapa) arti-arti “etika” adalah membedakan antara “etika sebagai praksis”
dan “etika sebagai refleksi”.
Pengertian Bisnis dan Etika Bisnis
a) Bisnis adalah kegiatan manusia dalam mengorganisasikan
sumber daya untuk menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa guna
mmenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat.
b) Etika dalah cabang filsafat yang mempelajari baik
buruknya perilaku manusia. Karena itu etika dalam arti ini sering disebut juga “filsafat
praktis”.
c) Etika bisnis adalah aturan main prinsip dalam
organisasi yang menjadi pedoman mambuat keputusan dan tingkah laku.
Mitos Bisnis Amoral
Bisnis adalah bisnis. Bisnis jangan di campur adukan dengan
etika. Demikianlah ungkapan yang sering kita dengar yang menggambarkan hubungan
antara bisnis dan etika sebagai dua hal yang terpisah satu sama lain. Inilah
ungkapan-ungkapan yang disebutkan oleh De George sebagai Mitos Bisnis
Amoral. Ungkapan atau mitos ini menggambarkan dengan jelas anggapan atau
keyakinan orang bisnis, sejauh mereka menerima mitos seperti itu, tendang
dirinya, kegiatannya, dan lingkungan kerjanya. Yang mau digambarkan di sini
adalah bahwa kerja orang bisnis adalah berbisnis dan bukan beretika. Atau
secara lebih tepat, mitos bisnis amoral mengungkapkan suatu keyakinan bahwa
antar bisnis dan moralitas atau etika tidak ada hubungan sama sekali.
Bisnis tidak punya sangkut paut dengan etika dan moralitas.
Keduanya adalah dua bidang yang terpisah satu sama lain. Karena itu bisnis
tidak boleh di nilai dengan menggunakan norma dan nilai-nilai etika. Bisnis dan
etika adalah dua hal yang sangat berbeda dan tidak boleh di campuradukkan.
Apabila itu dilakukan, telah terjadi sebuah kesalahan kategoris. Bisnis hanya
bisa dinilai dengan kategori dan norma-norma bisnis dan bukan dengan kategori
dan norma-norma etika.
Untuk memperlihatkan kebenaran mitos
bisnis amoral tersebut, bisnis diibaratkan sebagai permainan judi, yang dapat
menghalalkan segala cara untuk menang dan memperoleh keuntungan.
Atas dasar
ini, muncul beberapa argumen yang pada dasarnya mau memperlihatkan bahwa antara
bisnis dan etika tidak ada hubungan sama sekali, argumen tersebut antara lain:
a. Bisnis merupakan bentuk sebuah
persaingan bagi semua orang yang terlibat di dalamnya dan selalu berusaha
dengan segala macam cara dan upaya untuk bisa menang.
b. Aturan yang dipakai dalam permainan
penuh persaungan itu berbeda dari aturan yang ada di kenal dalam kehidupan
sosial pada umumnya.\
c. Orang bisnis yang masih mau mematuhi
aturan moral akan berada dalam posisi yang tidak menguntungkan di tengah
persaingan ketat tersebut.
Berikut adalah sebagai pengibaratan bahwa
mitos amoral sama sekali tidak benar:
1. Bisnis
memang sering diibaratkan sebagai judi bahkan sudah dianggap sebagai semacam
judi atau permainan penuh persaingan yang ketat.
2. Tidak sepenuhnya benar
bahwa sebagai sebuah permainan (judi), dunia bisnis mempunyai aturan main
sendiri yang berbeda sama sekali dari aturan yang berlaku dalam kehidupan
sosial pada umumnya.
3. Harus dibedakan antara
legalitas dan moralitas
4. Etika harus dibedakan
dari ilmu empiris. Dalam ilmu empiris, suatu gejala atau fakta yang berulang
terus dan terjadi diman-mana menjadi alasan yang sah bagi setiap manusia untuk
menarik sebuah teori atau hukum ilmiah yang sah dan berlaku universal.
5. Pemberitaan, surat
pembaca, dan berbagai aksi protesyang terjadi dimana-mana untuk mengancam
berbagai pelanggaran dalam kegiatan bisnis, atau mengecam berbagai kegiatan
bisnis yang tidak baik, menunjukan bahwa masih banyak orang dan kelompok
masyarakat menghendaki agar bisnis dijalankan secara baik dan tetap
mengindahkan norma-norma moral.
Keuntungan dan Etika
Untuk
memperoleh keuntungan etika sangat dibutuhkan, sangat relevan dan mempunyai
tempat yang sangat strategis dalam bisnis, yaitu:
1. Dalam bisnis modern para pelaku bisnis
dituntut untuk menjadi orang-orang profesional dibidangnya.
2. Dalam pesaingan bisnis yang ketat para pelaku
bisnis modern sangat sadar bahwa konsumen adalah benar-benar raja.
3. Dalam sistem pasar terbuka dengan peran
pemerintah yang bersifat netral tak berpihak tetapi efektif menjaga agar
kepentingan dan hak semua pihak dijamin, para pelaku bisnis berusaha sebisa
mungkin untuk menghindari campur tangan pemerintah, yang baginya akan sangat
merugikan kelangsungan bisnisnya.
4. Perusahaan-perusahaan modern juga semakin
menyadari bahwa karyawan bukanlah tenaga yang siap untuk dieksploitas demi
mengeruk keuntungan sebesar-besarnya.
Etika Bisnis
Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan
mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsetrasi pada standar moral
sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis (Velasquez,2005).
Dapat
ditarik kesimpulan bahwa etika bisnis ialah pengetahuan tentang cara ideal
pengetahuan dan pengelolaaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang
berlaku secara universal serta implementasi norma dan moralitas untuk menunjang
maksud dan tujuan kegiatan bisnis.
Sasaran dan Lingkup Etika Bisnis
Ada tiga sasaran dan lingkup pokok etika bisnis, yaitu:
1) Etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai
prinsip, kondisi, dan masalah yang terkait dengan praktek bisnis yang baik dan
etis.
2) Untuk menyadarkan masyarakat khususnya konsumen, buruh
atau karyawan, dan masyarakat luas pemilik asset umum semacam lingkungan hidup,
akan hak dan kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar oleh praktek bisnis
siapa pun juga.
3) Etika bisnis juga berbicara mengenai system ekonomi
yang sangta menentukan etis tidaknya suatu praktik bisnis.
Dari
ketiga lingkup dan sasaran etika bisnis ini berkaitan erat satu dengan yang
lainnya, dan bersama-sama menentukan baik tidaknya, etis tidaknya praktek
bisnis. Atas dari dasar ketiga sasaran dan lingkup di atas akan di bahas
terpisah satu sama lain. Namun ketiganya jelas mendapatkan perhatian, menjiwai
dan mewarnai seluruh uraian di atas. Maka terlihat dengan jelas bahwa ketiganya
mendapatkan porsi dan penekanan tersendiri kendati belum tentu secara
proposional .
Faktor Pendukung Implementasi Etika Bisnis
1. Adanya kepedulian
terhadap mutu kehidupan kerja oleh manajer atau peningkatan “Quality of Work Life”
2. Adanya “Trust Crisis” dari publik kepada
perusahaan.
3. Mulai diterapkan punishment yang tegas terhadap skandal
bisnis oleh pengadilan.
4. Adanya peningkatan
kekuatan kontrol dari LSM.
5. Tumbuhnya kekuatan
publisitas oleh media.
6. Adanya transformasi organisasi
dari “transaction oriented” menjadi “relation oriented”.
SUMBER: